Sabtu, April 20, 2024

Aksi Kekerasan Siswa ICBS Harau Kembali Berulang

Must read

Sarilamak Limapuluh-kota ,dutametro.com.– Untuk kesekian kalinya aksi kekerasan antar-siswa Sekolah Insan Cendikia Boarding School (ICBS) kembali terjadi. Sekolah yang berlabelkan agama ini, sepertinya mengabaikan aspek attitude peserta didiknya. Aksi penganiayaan terus berlangsung berkali-kali selama tahun 2022.

Pihak ICBS yang konon miliknya petinggi salah satu Partai Politik itu, terkesan tidak menyikapi serius aksi kekerasan yang dilakukan siswa di sana. Dari yang terekspos pada sejumlah media daring, sejak Juli hingga oktober 2022 telah terjadi tiga kasus penganiayaan antar siswa.

Ketua DPRD Sumatera Barat, Supardi telah menyampaikan kecaman keras terhadap ICBS itu serta mempertanyakan idzinnya . Demikian juga Ahmad Sahron, anggota DPR-RI, telah mem-viralkan-rekaman Video penganiayaan siswa di sekolah bersangkutan, baru-baru ini.

Aksi kekerasan antar-siswa dialami oleh 5 (lima) siswa kelas IX, oleh 20 orang siswa kelas XI, pada oktober 2022 lalu, kini terungkap lagi. Orang tua salah satu korban, Ir. Edwin Muasri (59 ) dan Salma Arifin, M.Pd, mendatangi ICBS di Jorong Tarantang, Sarilamak, Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh kota, Sabtu (13-5-023 ), menuntut tanggungjawab pihak ICBS.

Edwin dan Salma, menyampaikan kekecewaannya, atas aksi penganiayaan itu, karena tidak pernah diinformasika pihak sekolah. Kedua orang tua korban inisial Fs (16) , mengetahui aksi penganiayaan dari kakak perempuan Fs.

Guna memastikan peristiwa yang dialami anaknya FS, Edwin dan Salma, lakukan pendekatan dengan lima korban teman seasrama Fs dan menanyakan kronologis dan aksi penganiayaan yang dilakukan seniornya yang terhimpun di dalam BES ( Badan Eksekutif Sekolah ) ICBS setempat.

Menurut Lima siswa korban setingkat SMP itu, masing-masing tidak berani memberitahukan peristiwa penganiayaan yang mereka alami itu pada orang tua masing-masing. Para korban seakan sepakat mendiamkan pristiwa itu dari orang tuanya. Sikap mendiamkan masalah oleh siswa korban itu, diduga ada tekanan atau ancaman dari pelaku ataupun pihak sekolah.

Pihak ICBS tidak lakukan penanganan serius. Korban samasekali tidak diobati. Antara pelaku dengan korban diupayakan pihak ICBS, lakukan damai, tanpa memberitahu ke lima orangtua murid.

Penanggungjawab seluruh Asrama ICBS Harau , Khairuddin, saat ditemui orang tua korban,Edwin Muasri dan Salma Arifin Senin lalu (13 Mei 2023), tidak banyak komentar. Ketika orang tua korban menanyakan, mengapa para orang tua/wali tidak diberitahu atas peristiwa kekerasan itu, Khairuddin terkesan melepas tanggungjawab ke pada Ustadz Dio selaku penanggungjawab asrama Mekah 27 -30, asrama korban dan pelaku .

Menurut Khairuddin, dia telah menginstruksikan ke stafnya, agar menghubungi para orang tua korban. Dan ICBS telah memberikan sanksi SP.1 pada salah seorang pelaku. Pernyataan Khairuddin itu, bertolak belakang dengan apa yang dilakukannya saat mendamaikan pelaku dengan korban. Yang dilibatkan dalam perdamaian itu hanyalah salah satu orang tua pelaku. Orang tua dari lima korban justru tidak dilibatkan dan tidak mengetahui sama sekali.

Sikap dan pernyataan mencla-mencle ( terkesan mengada-ada ) itu terlihat lagi ketika menjelaskan sanksi terhadap pelaku tindak kekerasan bersangkutan. Kepada Edwin dan Salma, bahwa pelaku Fairel siswa kls. XI sudah diberi sangksi SP.1. Sanksi demikian sebelumnya juga telah disampaikan oleh Ustadz Fikri, Pembina Asrama Mekah 1- 30. Menurut Fikri, Pelaku Fairel sudah diberi sanksi SP.1. Namun sesaat sebelum Edwin dan Salma akan pamit, Khairudin mengatakan bahwa Farel sudah dikeluarkan dari ICBS. Ada apa dibalik semua itu, tanya Edwin.

Kelima siswa tingkat SMP itu dianiaya sekelompok Siswa kelas XI (setingkat SMA ) di salah satu ruangan belakang. Dua diantaranya dikenal korban Bernama Farel dan Riqi.

Pengakuan lima anak yang jadi korban, masing-masing; Fs,(16 th ) AN (16 th), ZA , (16 th), i-iH, (16 th),. FF (16 th), saat diwawancarai awak media, mengungkapkan, bahwa mereka di cekik, hingga lemas, ditendang dan dipukuli bagian kepala, dada, serta kemaluannya.

Bahkan i-iH, setelah dipukuli seniornya dilempar ke tong sampah, dan alami luka gores saat dilempar ke tempat sampah itu.

Menurut Fs, tenggorokannya dicekik, dan disandarkan ke dinding tembok, sementara siswa SMA lainnya bergantian memukul muka, dada, perut dan kemaluannya. Fs, baru dilepas ketika ia menepuk-nepuk dinding tembok karena sudah tidak berdaya lagi.

Tindakan kekerasan serupa juga dialami oleh tiga siswa lainnya. Akibat pengadiayaan oleh sejumlah seniornya itu, masing-masing mengaku merasa takut dan was-was, jika kebetulan berpapasan di komplek ICBS setempat.

Melalui HP pada awak media, para orang tua korban, telah mengetahui pristiwa penganiayaan anak-anak mereka. Diantaranya telah datang menuntut pihak sekolah pada Rabu (17-5-2023) Sedangkan orang tua korban yang lain akan mendatangi sekolah Sabtu, (20-5-2023 ) besok. Masing-masing Orang tua korban tidak terima terhadap pembiaran aksi penganiayaan itu. (* )

More articles

IklanIklanIklan HuT RI

Latest article