Kendati kurang lebih 86,6% populasi penduduk Indonesia sudah memiliki antibodi, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Prof. H. Tito Karnavian, M.A, Ph.D meminta, penerapan protokol kesehatan (prokes) harus tetap dilakukan secara ketat dan disiplin. Karena masih ada 13,4 % lagi yang belum memiliki antibodi dan rentan SARS-CoV-2.
“Kalau diakumulasikan dari jumlah penduduk Indonesia, masih ada 36 juta penduduk yang belum memiliki antibodi. Tentu kita tidak bisa euforia dulu terhadap angka 86,6% tersebut,” tegas Tito dalam Rapat Koordinasi serta Press Conference hasil Survey Serologi Covid-19, Jumat (18/30) yang diselenggarakan secara virtual.
Tito meminta, selain penerapan prokes ketat dan disiplin, juga dilakukan percepatan vaksinasi, terutama pada lansia yang tetap harus digenjot.
Dalam rakor ini, dipaparkan hasil Survei Serologi yang dilakukan Kemendagri, Kemenkes, Tim Pandemi FKM-UI, LBM Eijkman, dan Prodia di wilayah aglomerasi di 47 kabupaten/kota dari sembilan provinsi dan wilayah nonaglomerasi di 53 kabupaten/kota dari 25 provinsi.
Epidemiologi Universitas Indonesia, dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D yang juga masuk dalam tim survey tersebut mengatakan, survei serologi ini bertujuan untuk mengetahui estimasi proporsi orang di populasi yang mempunyai antibodi terhadap SARS-CoV-2. Ini ditentukan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, pernah terdiagnosis Covid-19 dan status vaksinasi. Serta mempelajari distribusi kadar antibody berdasarkan riwayat infeksi dan vaksinasi.
Dari hasil survei yang sudah dilakukan, ia menjelaskan, mayoritas penduduk di Indonesia mempunyai antibodi SARS-CoV-2 baik dari riwayat pernah terdekteksi atau/dan vaksinasi (86,6%, 95% CI 85,5-87,6%). Proporsi Penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2 pada yang mengaku belum pernah terdeteksi dan belum di vaksinasi sudah tinggi (73,9%, 95% CI 71,7-76,0%).
Lalu, proporsi penduduk yang sudah divaksinasi (41,5%) mempunyai kadar antibodi >1000 U/ml tiga kali lipat lebih tinggi dibanding yang belum divaksinasi (13,1%). “Tingkat penularan Covid-19 di Indonesia sudah merata di wilayah aglomerasi dan nonaglomerasi, Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali, serta kelompok umur.
Pandu juga mengatakan, diperlukan sero-survei secara berkala untuk mengukur perubahan pada kadar antibody. Mengingat kadar antibodi bisa menurun ataupun meningkat.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes), Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU menyampaikan, survei ini akan rutin dilakukan untuk melihat perkembangan antibody di kabupaten/kota. Pihaknya juga akan banyak mengambil kebijakan dalam menghadapi pandemi secara seimbang antara politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Rakor ini diikuti seluruh kepala daerah se-Indonesia. Dari Padang Panjang dihadiri Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Syahdanur, SH, MH didampingi Kepala Dinas Kesehatan, dr. Faizah. (dega)