Sabtu, April 20, 2024

Sekilas Tentang Kapal Pesiar Mewah Al Mansur Saddam Hussein, Sekarang Jadi Sarana Piknik Favorit Nelayan Irak

Must read

Basra, Dutametro.com – Kapal pesiar “Al-Mansur”, dengan panjang 121 meter, adalah simbol kekayaan dan kekuasaan Saddam sang penguasa Irak ketika dibangun pada 1980-an. Sayangnya kapal mewah tersebut sekarang hanya menjadi tujuan wisata dan nelayan yang menaiki kapal karam tersebut untuk piknik dan minum teh.

Kapal pesiar Al-Mansur ini tenggelam di sebuah sungai di Irak selatan, bangkai kapal pesiar berkarat milik mantan orang kuat Saddam Hussein berfungsi sebagai pengingat nyata akan pemerintahan tangan besinya yang berakhir dengan invasi pimpinan Amerika Serikat (AS) dua dekade lalu.

Seperti disebutkan seorang Hussein Sabahi nelayan, “Ketika itu dimiliki oleh mantan presiden, tidak ada yang bisa mendekatinya,” ujarnya sebagaimana dilansir Reuters. Sabahi pun gemar mengakhiri hari yang panjang di sungai dengan secangkir teh di atas kapal pesiar itu.

Dikatakan Sahabi, “Saya tidak percaya ini milik Saddam dan sekarang saya yang bergerak mengelilinginya,” katanya.

Saddam pernah mengeluarkan perintah untuk kapal pesiar, yang tidak pernah dia naiki, untuk meninggalkan tambatannya di Umm Qasr ke Basra untuk diamankan beberapa minggu setelah invasi berlangsung pada 20 Maret 2003.

Namun sayangnya kapal pesiar mewah ini menjadi sasaran pasukan pimpinan AS, dan kemudian terbalik di jalur air Shatt al-Arab dan mengalami kerusakan seiring dengan berjalannya waktu.

Disaat dalam kekacauan setelah kejatuhan Saddam, kapal pesiar itu ditelanjangi dan dijarah, dengan segala sesuatu mulai dari lampu gantung dan furnitur hingga bagian struktur logamnya disingkirkan.

Sekedar diketahui bahwa salah satu dari tiga yacht milik Saddam, “Al-Mansur” mampu menampung hingga 200 tamu dan dilengkapi dengan helipad.

Sementara itu pejabat AS memperkirakan pada 2003 bahwa Saddam dan keluarganya mungkin telah mengumpulkan hingga USD40 miliar dana haram.

Sedangkan Yachtnya yang lain telah diubah menjadi hotel di Basra.

Meskipun beberapa orang Irak mengatakan bangkai kapal itu harus dilestarikan, pemerintah berturut-turut belum mengalokasikan dana untuk memulihkannya.

Seorang kapten angkatan laun yang bekerja di Kementerian Transportasi Irak mengatakan, “Kapal pesiar ini seperti permata berharga, seperti mahakarya langka yang Anda simpan di rumah,” ucapnya.

Kemudian disebutnya, “Kami merasa sedih karena terlihat seperti ini.”(H.A)

More articles

IklanIklanIklan HuT RI

Latest article