Padang,dutametro.com.-Mahyeldi dan Vasko menggunakan sumber data berbeda ketika menyebut nilai investasi di Sumatera Barat (Sumbar) dan Kabupaten Solok dalam Debat Publik Kedua Pilgub Sumbar 2024 di Hotel Truntum Padang, Selasa (19/11/2024). Menurut Juru bicara (jubir) Epyardi Asda-Ekos Albar, Ade Edward, hal tersebut merupakan bentuk kecurangan dalam mengutip data.
Mahyeldi mengatakan bahwa di Sumbar untuk tahun 2024 terjadi peningkatan investasi Rp11,7 triliun. Ia lalu membandingkan nilai investasi di Kabupaten Solok ketika Epyardi menjadi bupati.
“Jauh berbeda dengan Kabupaten Solok yang Pak Epy pernah menjadi bupati. Dari Rp124 miliar turun menjadi Rp13 miliar dari tahun 2021 yang lalu,” kata Mahyeldi.
Epyardi menanggapi pernyataan Mahyeldi dengan meminta Mahyeldi untuk melihat data investasi di Kabupaten Solok.
“Kalau Bapak bicara Solok, buka data dan fakta bagaimana investasi di Kabupaten Solok pada saat ini. Alahan Panjang, di danau sekitarnya itu sekarang investasi sangat luar biasa,” ucap pengusaha perkapalan tersebut.
Vasko juga menyebut bahwa nilai investasi di Kabupaten Solok turun. Ia bahkan menyebut nilai investasinya lebih detail daripada nilai investasi yang disebut Mahyeldi.
“Untuk skop yang lebih kecil saja, di Kabupaten Solok justru Pak Epy bikin anjlok investasi. Dari data yang saya dapat, Pak, pertama Rp124 miliar pada tahun 2021, lalu 2022 turun lagi menjadi Rp87,6 miliar, dan pada tahun 2023 malah menjadi Rp13,6 miliar. Saya khawatir, Pak, Sumatera Barat yang nanti kalau misalnya Bapak ingin memimpin Sumatera Barat malah bikin anjlok investasi yang sudah dibuat oleh Buya yang membuat investasi yang baik. Tolong, Pak, jangan bahayakan Sumatera Barat,” tutur Vasko.
Mengenai nilai investasi Sumbar, Vasko juga menyebut angka Rp11,7 triliun. Ia menyebut angka tersebut saat bertanya kepada Epyardi-Ekos.
“Pada Maret 2024 Sumatera Barat berhasil mencapai realisasi investasi sebesar Rp11,7 triliun, yang melebihi target dari RPJMD, dengan pencapaian 128 persen. Apa langkah-langkah konkret yang akan Bapak ambil untuk meningkatkan pencapaian realisasi investasi tersebut?” ujar Vasko.
Jubir Epyardi-Ekos, Ade Edward, menilai bahwa Mahyeldi-Vasko salah data ketika menyebut nilai investasi Sumbar pada 2024 sebanyak Rp11,7 triliun. Ia mengatakan bahwa angka Rp11,7 triliun tersebut merupakan capaian investasi di Sumbar pada 2023 berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar.
“Realisasi investasi Sumbar pada 2023 sebanyak Rp11,7 triliun itu bisa dibaca di sejumlah media, salah satunya Bisnis.com terbitan 21 Maret 2024 dengan judul ‘Target Investasi Sumbar 2024 Naik Jadi Rp6,3 Triliun’. Jadi, Vasko salah menyebut bahwa pada Maret 2024 realisasi investasi Sumbar sebesar Rp11,7 triliun. Yang benar, berita tersebut diterbitkan bulan Maret atau DPMPTSP merilis data tersebut pada Maret 2024. Jadi, Mahyeldi dan Vasko kurang cermat membaca data,” tuturnya.
Dikutip dari berita Bisnis.com tersebut, Berdasarkan data DPMPTSP Sumbar, realisasi investasi Sumbar pada 2023 yang mencapai sebesar Rp11,7 triliun tersebut terdiri dari penanaman modal asing sebanyak Rp1,7 triliun dan penanaman modal dalam negeri sebesar Rp4,4 triliun.
Ade Edward menilai Mahyeldi-Vasko curang mengutip data karena mereka mengutip data dinas terkait ketika menyebut nilai investasi Sumbar, tetapi mengambil data Badan Pusat Statistik (BPS) saat menyebut nilai investasi Kabupaten Solok. Ia mengatakan bahwa nilai investasi dalam data di situs BPS tersebut hanya investasi penanaman modal dalam negeri.
“Memang benar data invesatasi Kabupaten Solok yang disebut Mahyeldi-Vasko tersebut. Di situs BPS memang tertulis seperti itu. Namun, mereka tidak menggunakan data BPS ketika menyebut nilai investasi Sumbar. Jika menggunakan data BPS, nilai investasi Sumbar rendah dibandingkan provinsi lain di Sumatera,” ujarnya.
Realisasi investasi penanaman modal dalam negeri menurut provinsi tahun 2023, berdasarkan data BPS, nilai investasi terbesar di Sumatera ada di Riau, yaitu Rp48,2 triliun, sedangkan nilai investasi paling sedikit ada di Sumbar, yaitu Rp4,4 triliun. Berikut ini data lengkap nilai investasi pada sepuluh provinsi di Sumatera pada 2023: Riau Rp48,2 triliun, Sumatera Selatan Rp25,6 triliun, Sumatera Utara Rp21,5 triliun, Jambi Rp8,9 triliun, Kepulauan Riau Rp8,8 triliun, Aceh Rp8,8 triliun, Bangka Belitung Rp7,9 triliun, Lampung Rp7,6 triliun, Bengkulu Rp7,2 triliun, dan Sumbar Rp4,4 triliun.
Mengenai nilai investasi Kabupaten Solok, Ade Edward menyebut bahwa nilai investasi kabupaten tersebut meningkat tiap tahun dari 2020 sampai 2023. Berdasarkan data yang ia peroleh dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja Kabupaten Solok, pada 2020, sebelum Epyardi menjadi bupati, nilai investasi di kabupaten itu hanya Rp80 miliar. Pada 2021, tahun pertama Epyardi bekerja jadi bupati, nilai investasi meningkat menjadi Rp410 miliar. Pada tahun kedua Epyardi jadi bupati, nilai investasi meningkat tajam menjadi Rp1,4 triliun. Kemudian, pada 2023 nilai investasi di Kabupaten Solok naik sedikit menjadi Rp1,5 triliun.
“Data tersebut diambil oleh Pemkab Solok dari aplikasi Online Single Submission Risk Based Approach atau Perizinan Berusaha Berbasis Resiko dan Layanan Portal National Single for Window for Investment. Di aplikasi tersebut penanam modal mendaftarkan investasi dan nilai investasinya. Data investasi pemkab berbeda dengan BPS karena BPS hanya mencatat investasi besar, sedangkan pemkab juga mencatat investasi kecil selain investasi besar,” tuturnya.