Pelajar Bengkulu Kenali Dampak Buruk Batu Bara Lewat Jambore Energi Bersih

Sebanyak 34 pelajar SMA sederajat di Kota Bengkulu mengikuti Jambore Energi Bersih yang digelar Kanopi Hijau Indonesia untuk mengedukasi para pelajar tentang bahaya krisis iklim dan pentingnya beralih dari penggunaan energi batubara ke energi terbarukan untuk kebutuhan listrik nasional.

“Kegiatan ini sebagai ruang belajar bersama bagi generasi muda untuk memahami isu energi dan lingkungan serta menumbuhkan kesadaran pelajar mengenai bahaya penggunaan energi fosil, khususnya dampak PLTU Teluk Sepang,” kata Koordinator Jambore Energi Bersih, Paet Lubis, Rabu 24 Desember 2025.

Ia mengatakan agenda ini menggunakan pendekatan edukatif dan pengalaman langsung di lapangan untuk mendengarkan kesaksian para korban PLTU batubara Teluk Sepang, yang mengalami gangguan kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan penyakit kulit.

Para peserta berasal dari enam sekolah di Kota Bengkulu, yaitu SMA N 1 Kota Bengkulu, MAN 1 Kota Bengkulu, MTSN 1, SMAN 3, SMAN 7, dan SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu. Para peserta berkumpul dan belajar di dua lokasi berbeda, yaitu Teluk Sepang dan Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang, yang dipilih sebagai ruang pembelajaran terbuka untuk memperkuat keterhubungan antara materi dan kondisi lingkungan di lapangan.

“Kegiatan ini dirancang agar peserta dapat melihat, merasakan, dan memahami persoalan lingkungan secara nyata dan bagaimana dampak PLTU batubara bagi masyarakat terdekat,” katanya.

Pada hari pertama, peserta melakukan observasi langsung ke Teluk Sepang untuk melihat kondisi lingkungan pesisir serta dampak keberadaan PLTU Teluk Sepang dan memperkenalkan lokasi yang akan dibangun pembangkit listrik dari tenaga surya di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Teluk Sepang sebagai antitesis PLTU batubara.

Pada hari kedua, kegiatan dipusatkan di TWA Pantai Panjang dengan sesi pemaparan materi mengenai krisis iklim dan transisi energi, permainan edukatif, serta diskusi kelompok yang membuat suasana belajar menjadi seru dan interaktif.

Antusiasme peserta terlihat sepanjang kegiatan. Banyak peserta mengaku baru pertama kali melihat langsung dampak PLTU terhadap lingkungan dan merasa kegiatan ini membuka sudut pandang baru.

“Kami mengamati langsung bagaimana batubara mencemari air dan udara serta dampaknya bagi warga di Teluk Sepang. Ini membuktikan masalah lingkungan di Bengkulu ini sudah sangat serius dan ini seharusnya menggerakkan anak muda Bengkulu untuk bersama-sama bergerak mendesak transisi energi,” kata Eva Novita, pelajar MAN 1 Kota Bengkulu.

Peserta lainnya, Aulia Putri dari MTSN 1 Kota Bengkulu menilai bahwa kegiatan ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga memotivasi mereka untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan dan berani menyuarakan keresahan mereka terkait krisis iklim di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Melalui Jambore Sekolah Energi Bersih diharapkan semakin banyak generasi muda yang sadar akan bahaya PLTU batubara Teluk Sepang dan memahami pentingnya keterlibatan mereka dalam melawan krisis iklim. Generasi muda bukan hanya penonton, melainkan aktor penting dalam mendorong perubahan menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Must Read

Related News