“Sesuai Perda yang kita sahkan, ini mau keempat kalinya kita memperingati Hari Jadi Sumatera Barat. Untuk hal ini, hendaknya ada momen-momen penting yang kita implementasi dalam hidup bernegara. Artinya tidak hanya sekedar seremonial saja yang kita lakukan dalam rangka peringatan hari jadi Sumatera Barat, seperti menggelar paripurna, memberikan sambutan ini, itu, dan yang lainnya,” ujar Supardi, Rabu (27/9.
Supardi mengatakan, sejalan dengan momentum peringatan hari jadi Sumatera Barat pihaknya mengajak seluruh stakeholder terkait untuk mengevaluasi kembali kebijakan-kebijakan yang sudah dijalankan, apakah sudah sesuai dengan amanat Undang-undang atau belum. Baik itu tentang masalah kemiskinan, soal pendidikan, pemerataan pembangunan, dan yang lainnya.
“Harus sampai ke sana kita memaknainya, kita Sumatera Barat sudah sampai posisi mana. Dari sekian banyak provinsi di Indonesia, Sumatera Barat berada dimana?”katanya.
Supardi mengatakan, jika dilihat ke masa dahulu, republik ini hampir 70 persennya didirikan oleh orang minang. Sumbangsih orang minang terhadap republik ini begitu luar biasa. Ia berharap sukses orang minang di masa lalu dengan tokoh-tokohnya yang begitu dikenal di tingkat nasional dan bahkan dunia, hendaknya juga bisa tergambar untuk saat sekarang ini.
Jika tidak mungkin melebihi sukses tokoh-tokoh minang yang terdahulu tersebut, kata dia, kesuksesan Sumatera Barat hari ini minimal setidaknya bisa sama dengan masa ketika tokoh-tokoh terdahulu itu ada.
“Artinya apa, kita tidak ingin Sumatera Barat masuk sebagai provinsi terbelakang, kalau bisa Sumbar ini hendaknya sebagai lokomotif dari provinsi-provinsi yang lain. Meskipun dari jumlah penduduk, luas wilayah kita masih kalah dengan Jawa, tapi secara kualitas manusianya, pembangunan, kita harus di atas provinsi lain, karena itu yang dicontohkan para pendahulu kita,” katanya.
Ia menambahkan, berangkat dari semua hal tadi tentunya penting bagi semua stakeholder untuk menjadikan momentum Peringatan Hari Jadi Sumatera Barat ke-78 sebagai momen evaluasi atas kebijakan-kebijakan yang telah dilaksanakan.
Bicara tentang potensi yang dimiliki, Sumatera Barat dinilai memiliki banyak keterbatasan baik dari sisi sumber daya alam, industri, begitupun dari sisi pariwisata yang masih jauh banyak ketinggalan. Maka dari itu, untuk bisa maju ia berpandangan Sumbar harus bisa menonjolkan hal yang tak dimiliki daerah lain, sebagai contohnya adalah otak. Sumbar kata dia, harus bisa menjadi daerah industri otak yang mampu melahirkan orang-orang cerdas seperti yang pernah ada sebelumnya.
“Sumatera Barat harus bisa memproduksi orang-orang cerdas, bukan pintar ya, karena menurut saya cerdas dengan pintar itu berbeda. Perguruan tinggi, tiap tahun mampu melahirkan orang pintar, tapi cerdas tidak,” katanya.
Supardi menuturkan, orang-orang cerdas dari Sumatera Barat pada masa dahulu seperti Agus Salim, Mohammad Hatta, M. Natsir dan Tan Malaka.
Mereka adalah tokoh-tokoh nasional yang dikenal berasal dari minang, dimana sejatinya mereka banyak juga yang tidak sekolah, atau tak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Namun nama mereka besar, disegani, kecerdasan mereka diakui dunia, dan dikenang hingga saat ini.
“Seperti Tan Malaka, itu dia tidak tamat sarjana, tapi bisa jadi dosen di berbagai universitas yang ada di dunia, seperti di Belanda dan di Rusia. Ia jugalah orang pertama yang mampu menjadi anggota parlemen belanda saat Indonesia masih dijajah,” katanya.
Ditegaskan Supardi SDM dengan kecerdasan seperti itu lah yang harus bisa dilahirkan Sumatera Barat hari ini.
“Itu lah sumber daya yang harus kita kelola yang tidak dimiliki daerah lain. Karena sesungguhnya untuk membangkitkan kembali Sumatera Barat kita butuh pemimpin-pemimpin yang cerdas, tidak hanya pemimpin yang pintar,” tukasnya.
Menyinggung peringatan Hari Jadi Sumatera Barat yang bakal digelar 1 Oktober mendatang, disebut Supardi sejumlah pihak telah diundang untuk hadir, diantaranya forkompimda, anggota DPRD, tokoh masyarakat, bupati dan wali kota, mantan gubernur, guru-guru SMA/SMK, LSM, Ormas dan sejumlah pihak lainnya. (*)