Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang terus melimpahkan karunia-Nya kepada kita. Hari ini, Pondok Pesantren Al-Qur’an Darul Inqilabi Martapura kembali menggelar kegiatan MOST (Masa Orientasi Santri Tangguh) untuk ke-9 kalinya. Kegiatan ini digelar mulai tanggal 14 hingga 16 Juli 2025 sebagai langkah awal menyambut santri-santri baru yang siap menapaki jalan ilmu dan perjuangan.
MOST bukan hanya sekadar pengenalan lingkungan pondok. Ia adalah gerbang peralihan hidup, dari kehidupan biasa menuju kehidupan luar biasa. MOST menjadi titik tolak pembentukan karakter santri sejati—santri yang tangguh, yang sanggup memikul amanah besar sebagai penjaga warisan para nabi.
Dalam MOST kali ini, hadir pula dua alumni Pondok Pesantren Al-Qur’an Darul Inqilabi Lubukbasung, yakni Muhammad Ismail Hasan, putra dari Hasneril, pimpinan Pondok PADI Lubas, serta Alif Naimurrahman, putra dari Ustadzah Sriana, salah satu pengurus dan guru di pondok tersebut. Kehadiran mereka tidak hanya menyambung silaturahmi antarpondok, tetapi juga menjadi inspirasi bagi santri baru—bahwa jejak perjuangan santri akan terus mengakar dan tumbuh lintas generasi, dari satu pesantren ke pesantren lain yang membawa semangat yang sama: membina, mendidik, dan menyiapkan generasi tangguh pewaris ilmu.
Kenapa Harus Tangguh?
Pertanyaan yang sering muncul adalah: Apa pentingnya menjadi santri tangguh?
Kita harus menyadari bahwa santri bukan sekadar siswa biasa. Santri adalah pejuang ilmu yang memikul warisan paling mulia, yaitu ilmu agama yang ditinggalkan para nabi. Oleh karena itu, santri tidak cukup hanya cerdas. Ia harus kuat secara fisik, teguh secara mental, dan kokoh secara spiritual.
Kata “santri”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah orang yang mendalami agama Islam, tekun beribadah, dan biasa tinggal di pesantren. Sementara “tangguh” bermakna kuat, sukar dikalahkan, tahan banting, berpendirian teguh, dan tahan terhadap penderitaan.
Dari dua pengertian itu, maka santri tangguh adalah santri yang siap menghadapi ujian dengan sabar, siap bekerja keras dalam belajar, serta tegar dalam menjalani kehidupan pesantren yang tidak selalu mudah.
Santri tangguh bukan hanya menghafal, tapi memahami dan mengamalkan. Santri tangguh bukan hanya patuh karena aturan, tapi tunduk karena kesadaran. Ia tak menyerah pada lelah, tak goyah oleh ujian, dan tidak silau oleh dunia.
Menjadi santri berarti memasuki jalan yang dulu ditempuh oleh para ulama. Sedangkan para ulama adalah pewaris para nabi. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang besar.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Santri tangguh harus sadar, bahwa ilmu yang sedang mereka pelajari adalah bagian dari warisan kenabian. Ia bukan untuk dibanggakan, tetapi untuk diemban dan diamalkan. Maka belajar bukanlah sekadar kegiatan intelektual, melainkan ibadah dan perjuangan yang terus-menerus.
MOST menjadi momen penting untuk menyampaikan kepada santri bahwa kehidupan pesantren bukan tempat bermewah-mewah, bukan tempat mencari kenyamanan dunia. Pesantren adalah tempat menempa diri, membentuk mental tangguh, dan menyusun bekal masa depan.
Sebagaimana Imam Syafi’i berkata:
“Barangsiapa yang tidak mau merasakan pahitnya belajar walau sebentar, maka ia akan selamanya tinggal dalam kehinaan kebodohan.”
Pesan ini menjadi pengingat, bahwa kesuksesan hanya bisa diraih oleh mereka yang siap bersusah payah di awal. Tak ada kejayaan tanpa kerja keras, dan tak ada kemuliaan tanpa pengorbanan.
Begitu pula nasihat dari Imam Ibn Jama‘ah dalam Tazkiratus Sami’ wal Mutakallim:
“Hendaknya penuntut ilmu bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, dan bersabar atas kesulitan serta lelahnya perjalanan menuntut ilmu.”
MOST bukan ajang seremonial. Ia adalah ikrar awal bahwa santri siap hidup dalam ritme perjuangan: bangun sebelum fajar, shalat berjamaah, mengaji Al-Qur’an, mempelajari kitab, patuh kepada guru, bersabar atas aturan, dan hidup dalam kesederhanaan.
Kepada para santri baru, Abah ingin menyampaikan: hari ini adalah awal dari perjalanan panjang dan mulia. Jangan takut lelah. Jangan gentar oleh kesulitan.
Ingatlah, setiap tetesan keringat kalian hari ini akan menjadi cahaya di masa depan, dan setiap kesabaran akan dibalas dengan kebijaksanaan dan keberkahan.
Jadilah santri yang kuat akidahnya, mantap ibadahnya, lurus akhlaknya, tekun belajarnya, dan kokoh jiwanya. Santri bukan hanya calon ulama, tapi calon pemimpin umat.
Semoga dengan adanya MOST ini, kita melahirkan generasi santri yang bukan hanya cakap membaca dan menghafal, tapi juga kuat memegang prinsip, bijak dalam sikap, dan istiqomah dalam perjuangan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan langkah kalian, memberkahi ilmu yang dipelajari, dan menjadikan kalian bagian dari pewaris cahaya kenabian.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Penulis: Abdul Hafiz Romain Arif
Pondok Al-Qur’an Darul Inqilabi Martapura
14 Juli 2025