spot_img

Kisah Hidup Kapolda Bengkulu Irjen Pol Mardiyono S.I.K, M.Si Jadi Teladan Inspiratif

BENGKULU, – Perjalanan hidup Kapolda Bengkulu Irjen Pol Mardiyono, S.I.K., M.Si., menjadi bukti bahwa keterbatasan ekonomi bukan penghalang untuk meraih kesuksesan.

Lahir dari keluarga sederhana, kini ia memimpin Kepolisian Daerah Bengkulu dan dikenal sebagai sosok inspiratif bagi banyak orang.
Sejak menamatkan pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol) pada tahun 1991, Irjen Pol Mardiyono SIK, M.Si telah menorehkan banyak prestasi di dunia kepolisian.
Diketahui, ia merupakan rekan seangkatan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Dalam program Podcast Inspirasi yang digelar di ruang kerjanya pada Rabu (12/11/2025), Kapolda Bengkulu berbagi kisah perjuangan masa kecil yang penuh lika-liku.
Ia bercerita kehilangan ibunda di usia empat tahun dan sejak itu harus hidup mandiri demi tetap bersekolah serta membantu keluarganya mencari nafkah.
Bersama empat adiknya, Mardiyono kecil tinggal bersama sang nenek di rumah berukuran hanya 3×5 meter.
Neneknya bekerja sebagai tukang cuci dengan upah harian Rp500.
“Dari uang itu, Rp150 untuk membeli deterjen, Rp150 untuk beras, sisanya dipakai kebutuhan harian. Kadang saat pulang sekolah tidak ada makanan, ya sekalian saja saya puasa Senin–Kamis,” kenangnya.
Sejak usia tujuh tahun, ia sudah membantu ekonomi keluarga dengan menjual bubur buatan nenek.
Tak berhenti di situ, ia juga pernah membersihkan rumah tetangga, menjual air bersih, hingga menjadi petugas kebersihan pasar dengan upah Rp700 per bulan.
Meski harus bekerja keras, Mardiyono kecil tak pernah mengabaikan pendidikan. Ia tak pernah bolos maupun tinggal kelas hingga menamatkan SMA.

“Saya sering dimarahi guru bukan karena malas, tapi karena menunggak uang sekolah. Wali kelas saya, Bu Heni, bahkan pernah datang ke rumah dan akhirnya membantu membayarkan biaya sekolah supaya saya bisa ikut ujian,” tuturnya.

Saat duduk di bangku SMA, ia mulai bercita-cita menjadi polisi setelah mendapat motivasi dari seniornya, Agus Andrianto yang kini menjabat Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan.

Saya benar-benar menyiapkan diri, dari kesehatan, akademik, hingga fisik. Semua dijalani dengan tekad,” ujar Mardiyono.
Ia menegaskan bahwa menjadi anggota Polri tidak membutuhkan biaya apa pun. Pengalaman pribadinya menjadi bukti bahwa jalur kepolisian bisa ditempuh dengan kerja keras, bukan dengan uang.

Kini, sebagai Kapolda Bengkulu, Irjen Pol Mardiyono berkomitmen melanjutkan perjuangannya dengan membantu masyarakat melalui berbagai program sosial.
Salah satunya adalah Program SRIDURI (Setiap Hari Dua Ribu) — gerakan di mana setiap anggota Polri menyumbangkan Rp2.000 per hari.
Dana yang terkumpul digunakan untuk bedah rumah warga kurang mampu, pelayanan kesehatan gratis, dan kegiatan bakti sosial.

Hingga saat ini, program tersebut telah membangun 63 unit rumah layak huni di seluruh wilayah Bengkulu, dengan nilai bantuan Rp50 juta per unit, bekerja sama dengan Baznas, REI, dan Pelindo.
“Kami tidak hanya membangun rumah, tetapi juga melengkapinya dengan perabotan agar siap dihuni,” jelasnya

Selain itu, Kapolda juga menggagas Program Sadesahe (Satu Desa Satu Hektare Jagung), yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mendukung ketahanan pangan nasional.
Program tersebut kini tengah dalam tahap penilaian dan diharapkan dapat diadopsi oleh setiap desa maupun kelurahan di Bengkulu.

“Inisiatif ini sejalan dengan program Kapolri untuk memperkuat ketahanan pangan berbasis komoditas jagung,” ujar Mardiyono.
Mengakhiri kisahnya, Irjen Pol Mardiyono memberikan pesan kepada seluruh anggota Polri di Bengkulu agar selalu menjaga integritas dan tetap dekat dengan masyarakat.
“Rawat tempat kamu bekerja, jaga nama baiknya. Mungkin itu tidak membuatmu kaya, tapi di situlah sumber kehidupanmu,” pungkasnya.

Must Read

Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
iklan

Related News