Sawahlunto,dutametro com – Kepala Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika (LPKN) Kelas 3 Kota Sawahlunto Ressy Setiawan ngopi bareng perwakilan jurnalis yang bertugas di kota Arang, Senin (17/11/2025).
Dikesempatan ngopi bareng, Kalapas Ressy Setiawan sampaikan permohonan maaf, karena setelah 5 bulan bertugas, baru bisa bersilaturahmi dengan segenap insan pers yang ada.
“Pola kerja di lapas tidak sama dengan instansi lain, disini tidak ada divisi khusus kehumasan, namun karena kebutuhan akan publikasi, kita optimalkan potensi yang ada, untuk bisa menjalankan komunikasi dengan media yang ada di Sawahlunto,” ungkap Kalapas Ressy.
Yang menjadi sorotan kata Ressy, warga binaan Narkotika itu khusus dan aturan juga khusus,semua regulasi sesuai dengan pusat, tidak semua kebutuhan disetujui, namun kata dia, rekan media bisa mengangkat perhatian dari Pemko atau pihak swasta lain untuk membantu pembinaan kemandirian warga binaan.
“Pemko bisa ikut memberikan pelatihan kemandirian, melalui balai latihan kerja (BLK) atau dinas sosial kepada 515 penghuni lapas, untuk bekal nanti ketika sudah keluar,” ujar
Kalapas yang sebelumnya bertugas di kepala pengamanan Rutan Kelas 1 Sumatera Selatan.
Saat ini kata Kalapas Ressy, Lapas Narkotika Sawahlunto punya ikon kemandirian hasil karya warga binaan yang diberi nama Batik Tangsi. Batik Tangsi lanjut dia, punya tiga motif yang mengangkat nilai-nilai sejarah dan kearifan lokal Sawahlunto diantaranya, Orang Rantai (kerja paksa), Mak itam (lokomotif pengangkut batubara) dan lingkaran kawat berduri (lingkaber yang ada di Lapas).
” 3 motif ini sudah dipatenkan di Hak kekayaan intelektual (HKI).Termasuk nama Batik Tangsi yang saat ini dalam proses hak patennya,” kata dia.
Kepada segenap perwakilan jurnalis, Kalapas Ressy Setiawan meminta dukungan insan media untuk mempromosikan dan juga mengangkat batik ini kepada pemerintah daerah agar bisa ikut mengembangkannya.(riky)















