Polemik Pengarahan Pembelian Buku di Kota Bengkulu, Ketua MKKS Bantah Keras Tuduhan Fee 40%

BENGKULU – Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kota Bengkulu, Eka Saputra, dengan tegas membantah tuduhan bahwa dirinya mengarahkan pembelian buku Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ke penerbit tertentu dengan iming-iming imbalan hingga 40 persen. Eka menyebut isu ini tidak berdasar dan jauh dari kenyataan.

“Saya tidak pernah mengarahkan sekolah untuk membeli buku dari penerbit manapun. Bahkan Kepala Dinas sekalipun tidak punya wewenang untuk mengatur pilihan sekolah,” tegasnya pada Jumat, 21 November 2025.

Eka menduga isu ini sengaja disebarkan oleh pihak-pihak yang memiliki motif pribadi. Ia memastikan tidak ada tekanan, arahan, atau keuntungan pribadi yang ia terima terkait pembelian buku BOS. Menurutnya, keputusan final mengenai pemilihan penerbit sepenuhnya berada di tangan masing-masing sekolah.

“Setiap sekolah bebas memilih penerbit sesuai dengan kebutuhan mereka. Ada yang menggunakan dua, tiga, atau bahkan lebih penerbit. Tidak mungkin saya bisa mengatur hal itu,” tambahnya.

Asisten Manajer Penerbit Erlangga Bengkulu, Harry Saputra, juga mengklarifikasi isu serupa. Harry menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah memberikan fee kepada kepala sekolah dan menilai tuduhan tersebut tidak memiliki dasar.

“Jika dicek di lapangan, tidak ada bukti sama sekali mengenai fee tersebut,” kata Harry saat dikonfirmasi melalui telepon.

Ia membenarkan adanya pertemuan dengan sejumlah kepala sekolah di sebuah rumah makan di Bengkulu. Namun, ia menjelaskan bahwa agenda tersebut hanya untuk mengevaluasi kerja sama tahun anggaran 2025 dan mempersiapkan kebutuhan buku untuk tahun 2026.

“Tidak ada pembahasan mengenai fee atau arahan pembelian wajib,” jelasnya.

Harry menekankan bahwa penerbit tidak memiliki kewenangan, apalagi ruang, untuk memonopoli pengadaan buku. Sekolah, menurutnya, wajib melakukan perbandingan dengan beberapa penerbit sesuai dengan aturan pengadaan yang berlaku.

Eka meminta media yang telah memuat tudingan tersebut untuk membuka sumber informasi secara jelas agar dapat diverifikasi kebenarannya. Ia menyesalkan pemberitaan yang terbit tanpa adanya konfirmasi terlebih dahulu.

“Dari mana angka 40 persen itu berasal? Siapa sumbernya? Saya bahkan tidak pernah dihubungi untuk konfirmasi,” ucapnya.

Ia berharap klarifikasi ini dapat meluruskan kabar yang telah beredar. “Yang jelas, tuduhan itu tidak benar,” tegasnya sekali lagi.

Must Read

Related News