spot_img

Kirab Tumpeng Religius Desa Kepuharjo: Harmoni Tradisi, Doa, dan Persaudaraan

Kabupaten Malang, dutametro.com

Kepuharjo, Karangploso – 6 September 2025. Suasana Desa Kepuharjo utara hari ini terasa berbeda. Sejak siang, jalanan desa dipenuhi tawa, senyum, dan langkah penuh semangat ribuan warga yang datang berkumpul untuk mengikuti Kirab Tumpeng Religius — sebuah tradisi yang digelar guna menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dengan gotong royong sebagai nafasnya, warga Desa Kepuharjo dan Desa Ngenep bersatu, menyiapkan tumpeng-tumpeng megah beraneka bentuk dan bahan pangan, simbol rasa syukur atas rezeki dan kesuburan tanah mereka.

Tepat pukul 15.00 WIB, kirab dimulai dari Pasar Desa Ngenep, melewati jalur utama hingga berakhir di Dusun Kepuh Utara.
Di sepanjang rute, mata dimanjakan oleh pemandangan yang sarat makna: arak-arakan tumpeng menjulang tinggi, dipikul dengan penuh kebanggaan oleh para pemuda desa. Anak-anak berlarian ceria, para orang tua menebar senyum bahagia, sementara lantunan shalawat Nabi berpadu indah dengan dentuman musik tradisional dan tepukan tangan penonton.

Bendera merah putih berkibar di setiap sudut, menegaskan bahwa semangat religius dan kecintaan pada negeri berjalan beriringan.

‘Makna Tumpeng sebagai Doa yang Menjadi Wujud Rasa Syukur’

Bagi warga Kepuharjo, tumpeng bukan sekadar hiasan. Setiap lapisan yang disusun rapi menyimpan doa:
• Kesuburan tanah Kepuharjo
• Kerja keras petani dan warga
• Harapan akan kedamaian dan kesejahteraan desa
Di sinilah nilai religius, tradisi, dan rasa persaudaraan menyatu dalam satu helai doa.

Marching Band PKK Desa Ngenep: Energi Perempuan Desa, kemeriahan kirab semakin hidup dengan penampilan Marching Band PKK Desa Ngenep yang dipimpin langsung oleh istri Kepala Desa Ngenep. Irama musiknya membangkitkan semangat penonton, mengundang tepuk tangan riuh dari warga sepanjang jalan.
Usai tampil, beliau menyampaikan apresiasi dan harapannya:

“Mewakili Pemerintah Desa Ngenep dan masyarakat, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas terselenggaranya Kirab Tumpeng Religius malam ini. Semoga menjadi awal sinergi yang lebih besar di masa mendatang, khususnya dalam kegiatan kebudayaan dan kebersamaan,” ujarnya dengan senyum hangat.

Dua Desa, Satu Hati.
Kepala Desa Kepuharjo, Khamim, pun menanggapi dengan penuh rasa syukur dan persaudaraan:

“Kami berterima kasih atas dukungan Pemdes Ngenep dan seluruh masyarakatnya dalam penyelenggaraan kirab tahun ini. Kirab ini bukan sekadar tradisi. Ini adalah bentuk rasa syukur kami kepada Allah atas keberkahan yang diberikan, sekaligus cara kami menjaga kebersamaan dan warisan budaya,” ungkapnya dengan mata berbinar.

Tradisi yang Menyatukan Generasi
Kirab Tumpeng Religius bukan hanya pesta budaya, melainkan doa yang berjalan. Di tengah arus modernisasi, warga Kepuharjo tetap teguh menjaga nilai-nilai leluhur, meneguhkan identitas, dan menumbuhkan cinta pada tanah kelahiran. Hingga malam hari, puncak acara akan menjadi momentum kebersamaan: doa bersama, syukuran, dan penutup penuh kekhidmatan. Di setiap senyum, tawa, dan lantunan shalawat, ada harapan besar yang dipanjatkan: “Doa kami untuk Kepuharjo, doa kami untuk Ngenep, doa kami untuk Indonesia.” harapnya dengan penuh sukacita.

Kirab ini bukan hanya perayaan. Ini adalah cerita cinta, syukur, dan persatuan. Di bawah langit Karangploso, Kepuharjo menegaskan satu hal: tradisi adalah jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

(sG)

Must Read

Iklan
Iklan
iklan

Related News