Dutametro.com – Bersedekah di bulan Ramadan memiliki keistimewaan, keutamaan dan kelebihan. Sehingga harus menjadi motivasi seorang muslim menjadi lebih dermawan pula di bulan yang mulia.
Contoh teladan tentang kedermawanan ini adalah baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah lebih demawan ketika di bulan Ramadan, menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berembus dengan lembut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sedekah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadan.” (HR. at-Tirmidzi)
Menurut Ustaz Aris Munandar, semestinya seorang muslim itu sudah menjadi seorang yang dermawan di luar bulan Ramadan dan di bulan Ramadan dianjurkan agar makin dermawan.
Mengutip pendapat Imam Asy-Syafi’i, pengajar tetap di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an, Bantul itu menyebutkan, ada tiga alasan mengapa seorang muslim semestinya lebih dermawan di bulan Ramadan. Alasan tersebut, antara lain sebagai berikut:
- Meneladani Sang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih dermawan kepada seorang tanpa pilah pilih di bulan Ramadan melebihi angin yang bertiup sepoi-sepoi.
- Adanya orang-orang miskin yang memerlukan bantuan.
- Untuk bisa-bisa berpuasa sebagian orang harus terpaksa libur kerja. Orang ini tentu sangat layak untuk dibantu.
Karena itu, jika menambah kedermawanan kepada orang lain saja dianjurkan apalagi untuk anak dan isteri sendiri. ‘Selayaknya ada tambahan uang belanja untuk istri di bulan Ramadan agar semua anggota keluarga lebih semangat menjalankan ibadah puasa,”tuturnya.
Keistimewaan Sedekah di Bulan Ramadan
Sedekah di bulan Ramadan memiliki banyak keistimewaan dan kelebihan. Kenapa demikian? Karena beberapa sebab dan alasan. Dirangkum dari berbagai sumber, inilah beberapa sebab yang lebih bisa mendorong kaum mukminin yang sedang berpuasa Ramadan untuk lebih dermawan di dalamnya. Antara lain:
- Kemuliaan zaman (waktu) dan dilipat gandakannya amal-amal shaleh di dalamnya.
Dalam Sunan al-Tirmidzi, dari Anas bin Malik secara marfu’, “Shodaqah yang paling utama adalah pada bulan Ramadan.”
- Membantu shaimin, qaimin, dan dzakirin untuk menjalankan ketaatan mereka.
Inilah yang menjadi sebab ia mendapatkan pahala seperti pahala mereka. Dalam hadis Zaid bin Khalid, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)
- Bahwasanya bulan Ramadan adalah bulan di mana Allah berderma (melimpahkan kebaikan) kepada para hamba-Nya dengan mecurahkan rahmat, maghfirah, dan pembebasan dari neraka, terlebih di Lailatulqadar.
Allah Ta’ala akan menyayangi para hamba-Nya yang senang mengasihi yang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah akan merahmati para hamba-Nya yang ruhama’ (suka mengasihi yang lainnya).” (HR. Al-Buhkari)
Maka siapa yang berderma kepada hamba Allah, maka Allah akan berderma kepadanya dengan pemberian dan karunia. Karena balasan itu sesuai dengan jenis amal.
- Puasa dan sedekah, keduanya menjadi sebab yang bisa menghantarkan ke surga.
Seperti yang terdapat dalam hadis Alibin Abi Thalib radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan yang dalamnya bisa dilihat dari luarnya dan luarnya bisa dilihat dari dalamnya.” Lalu para sahabat bertanya: “Untuk siapa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bagi siapa yang baik tutur katanya, memberi makan, kontinyu melaksanakan shiyam, dan shalat malam karena Allah di saat manusia tertidur.” (HR. At-Tirmidzi)
Amal-amal ini terkumpul pada bulan Ramadan, di mana seorang mukmin mengumpulkan shiyam, qiyam, shodaqah, dan berkata yang baik di dalamnya. Pada saat yang sama, orang yang puasa menahan diri dari tindakan lahwun (sia-sia) dan tercela.
Shiyam, shadaqah (sedekah), dan salat bisa menghantarkan pelakunya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagian ulama salaf berkata, “Sholat menghantarkan pelakunya kepada pertengahan jalan, puasa menghantarkannya sampai ke pintu raja, sementara sedekah meraih tangannya untuk dimasukkannya menemui sang raja.”
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya, “Siapa di antara kalian di pagi ini yang berpuasa?” Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang sudah mengantarkan jenazah hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Beliau bertanya lagi, “Siapa yang sudah memberi makan orang miskin hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapa yang sudah mengeluarkan shadaqah (sedekah)?” Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Lalu beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah amal-amal tersebut terkumpul pada diri seseorang kecuali ia akan masuk surga.”
…Maka siapa yang berderma kepada hamba Allah, maka Allah akan berderma kepadanya dengan pemberian dan karunia. Karena balasan itu sesuai dengan jenis amal…
- Berkumpulnya puasa dan shadaqah (sedekah) lebih kuat untuk dihapuskannya kesalahan, dipelihara dari jahannam, dan dijauhkan darinya. Lebih lagi, kalau digabung dengan qiyamullail. Terdapat sebuah hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Puasa menjadi tameng.” (HR. al-Nasai)
Dalam riwayat lain, “Tameng salah seorang kalian dari neraka sebagaimana tameng yang melindunginya dari serangan musuh.” (HR. al-Nasai)
Dalam hadis Mu’adz, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Shadaqah (sedekah) menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam.” (HR. Al-Tirmidzi)
- Dalam pelaksanaan puasa pastilah ada cacat dan kurang, sedangkan puasa bisa menghapuskan dosa-dosa bila puasanya memenuhi syaratnya, yaitu terjaga dari yang seharusnya dipeliharanya.
Hal ini seperti yang terdapat dalam hadis yang dikeluarkan Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Umumnya manusia, puasanya tidak memenuhi syarat-syarat yang harus dipeliharanya. Oleh karena itu, seseorang dilarang mengatakan: “Aku telah berpuasa atau qiyam Ramadan secara sempurna.” Maka sedekah menutup kekurangan dan cacat padanya. Karenanya, pada akhir Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkara lahwun dan perbuatan tercela.
- Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya karena Allah.
Jika ia menolong para shaimin untuk bertakwa dengan menyediakan makan dan minum untuk mereka maka kedudukannya seperti orang meninggalkan sikap egoisnya karena Allah dengan memikirkan dan membantu yang lain. Karena itu disyariatkan mengajak orang lain untuk berbuka bersamanya yang pada saat itu makanan menjadi sesuatu yang paling disukainya. Jika ia bisa berbagi dengan yang lain, semoga ia menjadi bagian dari orang yang memberi makanan yang disukainya kepada yang lain.
Hal itu sebagai wujud syukur kepada Allah atas nikmat dibolehkannya makan dan minum untuknya setelah sebelumnya dilarang. Dan nikmat makan dan minum akan terasa luar biasa setelah sebelumnya tidak dibolehkan.
Sebagian ulama salaf saat ditanya tentang hikmah disyariatkan berpuasa menjawab, “Supaya orang kaya merasakan rasanya lapar sehingga tidak lupa terhadap orang-orang kelaparan.” Dan ini termasuk hikmah dan faidah pelaksanaan ibadah shaum.(H.A)