Beijing – Terkait aksi kejinya meracuni puluhan anak TK, seorang wanita bernama Wang Yun (39) mantan guru taman kanak-kanak (TK) di China akhirnya dieksekusi mati. Pelaku ini telah meracuni bubur yang dikonsumsi anak-anak dengan natrium nitrit sekitar empat tahun lalu.
Sementara dilaporkan sedikitnya satu anak tewas dan sekitar 24 anak lainnya jatuh sakit akibat ulah pelaku.
Kemudian seperti dilansir Reuters, Jumat (14/7/2023) pelaku baru-baru ini gagal mengajukan banding atas hukuman mati yang dijatuhkan terhadapnya oleh pengadilan kota Jiaozuo di Provinsi Henan pada September 2020 lalu.
Sebelumnya pada Kamis (13/7) waktu setempat, pengadilan yang sama memverifikasi identitas pelaku lalu mengantarkan ke lokasi eksekusi mati dan hukuman mati itu pun dilaksanakan oleh otoritas setempat.
Terungkapnya kasus ini berawal pada Maret 2019, ketika pelaku membeli sejumlah pasokan natrium nitrit setelah berselisih dengan sesama guru. Keesokan paginya di TK tempat dia mengajar saat itu pelaku menambahkan senyawa kimia itu ke dalam ‘bubur delapan harta’ yang akan dikonsumsi anak-anak di TK itu.
Sedangkan sebutan ‘bubur delapan harta’ merujuk pada bubur beras dengan rasa manis yang sangat populer di China.
Kemudian pada Januari 2020, salah seorang anak yang mengkonsumsi bubur itu meninggal dunia setelah mengalami kegagalan banyak organ akibat keracunan. Sedangkan diperkirakan 24 anak lainnya mengalami cedera ringan dalam kasus yang sama.
Sementara itu pelaku menjadi salah satu dari beberapa kasus kematian atau kekerasan yang menarik perhatian publik di China dalam beberapa tahun terakhir, terutama yang terjadi di taman kanak-kanak setempat.
Bahkan di awal pekan ini seorang pria berusia 25 tahun melakukan penyerangan di sebuah TK yang ada di Provinsi Guangdong hingga menewaskan enam orang dan melukai satu orang lainnya. Adapun penyerangan brutal semacam ini memicu kekhawatiran soal tindak kekerasan terhadap anak-anak di sekolah.
Sementara menurut data kelompok HAM Amnesty International, China mengeksekusi mati ribuan orang setiap tahunnya. Angka itu tercatat lebih banyak dari negara-negara lainnya. Namun Beijing tidak pernah mempublikasikan datanya soal eksekusi mati.(H.A)