spot_img

Katanya Warisan Dunia, Dua Tahun Paska Terbakar Bangunan Gluck Auf GPK Sawahlunto Tak Kunjung di Perbaiki

Sawahlunto, dutametro.com – Entah siapa yang salah, tidak terasa sudah lebih dari dua tahun icon bangunan heritage Gluck Auf atau Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) Sawahlunto yang terbakar tepatnya pada 3 November 2022, hingga saat ini masih dibiarkan terbengkalai. Hal ini senantiasa menjadi pertanyaan dan perhatian bagi warga yang melintas kapan gedung ini kembali diperbaiki.

Sebagai salah satu bangunan world heritage Ombilin Coal Minning Heritage of Sawahlunto yang ditetapkan oleh UNESCO, semestinya harus segera dibangun kembali, namun sampai saat ini belum juga diperbaiki.

Salah seorang warga Afrimen sangat menyayangkan hal ini tidak menjadi prioritas atau perhatian bagi pihak yang bertanggungjawan atas bangunan tersebut.
“Kami (masyarakat) tidak mau tahu bangunan itu milik siapa, milik PT BA kah atau kewenangan pemerintah daerah yang penting bagunan heritage itu harus diperbaiki kembali. Katanya warisan dunia tetapi kok dibiarkan saja,” kata dia.

Sebagai bangunan world heritage kata Afrimen, semestinya menjadi fokus atau segera dikembalikan kebentuk semula terlebih karena terbakar. Dan katanya sebut Alfrimen bangunan tersebut ada asuransinya seharusnya masalah dana tentu tidak terkendala.
“Semestinya malu, sebagai warisan dunia yang telah diakui UNESCo, harusnya lebih peduli untuk merawat bangunan bersejarah itu, tidak dibiarkan saja seperti sekarang ini,” kata dia lagi.

Dia menilai, tidak adanya komunikasi yang baik antara pemerintah daerah dengan pihak perusahaan atau pihak penegak hukum yang selama ini melakukan penyelidikan terkait sebab terjadinya kebakaran yang menghanguskan salah satu icon bangunan heritage Sawahlunto.

Coba dilihat kata Afrimen, saat ini sudah merusak estetika keindahan kota tua Sawahlunto. Diperparah lagi dengan kondisi disekitar bangunan yang menjadi kumuh, tata letak pedagang kaki lima semakin membuat sembraut dan juga menjadi rawan kecelakaan akibat semakin sempit ruas jalan yang ada disekitarnya.

Adapun GPK yang sekarang ini, sebelumnya merupakan gedung yang dibangun pada 1910 dengan nama ‘Societeit Gluk Auf’. Gedung ini merupakan gedung pertemuan atau tempat bersosialisasi, berkumpul para pejabat tambang Batubara Ombilin, pemerintah dari kalangan Eropa dan juga disebut ‘Rumah Bola’. Dan dan pada masa kemerdekaan RI, bangunan ini menjadi Gedug Pertemuan Masyarakat (GPM), pernah pula menjadi Bank Dagang Negara (BDN) atau Bank Mandiri hingga awal 2006. Tepat 1 Desember 2006 gedung ini diresmikan sebagai Gedung Pusat Kebudayaan (GPK). (rki)

Must Read

Iklan
iklan

Related News