Kabupaten Malang, dutametro.com – Semangat kebersamaan tumbuh subur di antara warga RT 18 RW 06 Kepuh Selatan. Dalam bingkai peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, kelompok pemuda aktif menggagas sebuah rangkaian acara penuh makna, yakni, “Sebagai wujud rasa syukur, penghormatan pada perjuangan para leluhur, dan tekad menjaga jati diri sosial di tengah derasnya perubahan zaman,” ungkap Ketua Kelompok Pemuda Aktif, Asep saat menghadiri rembug warga beberapa minggu lalu.
Kami menghadirkan sebuah kegiatan PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional) di lingkungan RT 18 ini yang mengajak masyarakat kembali merasakan teduhnya interaksi sosial yang berakar pada budaya bangsa kita, “Dengan mengadakan Gebyar Kenangan Lawas, dalam bentuk pentas seni, dahar sesarengan, dengan dresscode baju adat Jawa, yang akan menuangkan kesan tempo Doeloe selaras dengan atmosfir kegiatan yang ingin kami laksanakan,” terangnya.
Lebih lanjut dalam rangkaian kegiatan yang digelar di depan Pos RT 18. Tepatnya di jantung lingkungan RT 18, dengan dekorasi penuh warna: umbul-umbul, obor tradisional, dan senyum warga yang mengembang. Dalam suasana sederhana namun hangat, warga berkumpul, bersua, dan merayakan kebersamaan.
Inilah ruang tempat rasa guyub rukun kembali dihidupkan, seolah alam ikut merestui melalui udara dingin lembah Arjuna yang membelai pelan pada Sabtu malam, 23 Agustus 2025.
Pentas Seni dan Suara Kehidupan Malam bersama kearifan lokal, panggung didirikan di jalan menjadi ruang berkumpulnya cerita dan rasa. Alunan musik dangdut tradisional berpadu dengan lirik kekinian, mengalun mendayu, memantulkan nostalgia masa lalu yang bersahaja. Anak-anak nampak ceria, para pemuda melayani tamu undangan guna menghangatkan kelangsungan kegiatan PHBN, dan para orang tua pun merasakan kenangan yang menjadikan tatapan mereka berkaca-kaca.
Di sela-sela gelak tawa dan sorak kemenangan, diumumkanlah para pemenang lomba anak-anak yang digelar sebelumnya. Riuh tepuk tangan, senyum bangga, dan tatapan penuh kasih orang tua menegaskan satu hal: kebahagiaan bukanlah tentang hadiah, melainkan tentang berbagi rasa dan merawat kebersamaan.
Cermin tradisi yang mengagumkan saat door prize di undi, bukan dari sebuah perlombaan, namun dari kehadiran warga dalam acara penuh semangat kekeluargaan itu. Undian dari door prize yang dibagikan para pemuda aktif RT 18 bersama undangan kepada warga tiga hari sebelumnya, sebagai buah tangan yang menggambarkan upaya merangkul dari para pemuda aktif guna melibatkan semua usia dan latar belakang dalam prosesi sakral peringatan HUT ke 80 Republik Indonesia.
Dahar Sesarengan: Menyatukan Rasa, Meneguhkan Karsa. Salah satu momen paling indah malam itu adalah “dahar sesarengan”, makan bersama dengan menu jajanan dan makanan tempo doeloe yang menggugah kenangan: cenil, lupis, nasi jagung, sayur lodeh, sambal terasi dan lauk ikan asin, mendol, dan dadar jagung yang mutlak menggugah selera makan para hadirin.
Di meja makan panjang berjejer di hias dardar dari daun tebu kering menjadi atmosfir tempo doeloe, warga berjajar menikmati hidangan, bercengkerama, dan berbagi cerita. Di sinilah rasa dan karsa menyatu. Tak ada sekat antara tua dan muda, antara tetangga dekat dan jauh. Semuanya menyadari bahwa keberadaan kita sebagai masyarakat tak bisa dipisahkan dari kekuatan kolektif — kekuatan untuk saling menopang, saling menjaga, dan saling menghidupi.
Guyub Rukun sebagai Perlawanan Sunyi di Tengah Arus Zaman. Di tengah derasnya arus informasi tanpa batas, saat kehidupan sosial perlahan tergerus oleh kompetisi individualistik dan gaya hidup yang menuntut kecepatan, acara sederhana di RT 18 ini menghadirkan pesan yang kuat: bahwa kebersamaan adalah penyangga terakhir kita sebagai manusia.
Nilai guyub rukun, gotong royong, dan saling peduli adalah jembatan yang menjaga masyarakat agar tetap kokoh menghadapi pasang surut situasi, tekanan ekonomi, dan pergeseran budaya.
Tradisi berkumpul, saling menyapa, dan berbagi rasa adalah perlawanan halus terhadap degradasi sosial yang diam-diam mengikis kehidupan desa dan kota.
Di sini, di bawah langit Kepuh Selatan, kita diingatkan kembali bahwa kemajuan bukan sekadar tentang teknologi dan materi, tetapi juga tentang bagaimana kita menjaga akar-akar kemanusiaan kita.
Semakin kencang arus zaman membawa kita pada keterasingan, semakin penting kita berpegangan pada nilai kebersamaan yang diwariskan leluhur.
Merangkai Kenangan, Menjaga Warisan.
Tampilan tradisional dan tutur kata penuh sopan santun memperindah malam itu. Para tetua desa, pemuda, dan anak-anak, semua hadir dalam satu lingkar rasa.
Walaupun lokasi acara hanya di jalan kampung, suasana yang dihadirkan para pemuda aktif mampu menyalakan kembali api kearifan lokal yang selama ini dijaga.
Dari suasana malam yang diterangi obor tradisional, suara musik, aroma jajanan tempo doeloe, hingga tawa anak-anak yang berlarian, tercipta satu pesan sederhana namun mendalam:
“Merayakan kemerdekaan bukan sekadar mengenang perjuangan, tetapi meneguhkan kembali janji kebersamaan, menjaga nilai, dan merawat rasa kemanusiaan.” Ungkap Adhim, sapaan akrab ketua RT 18, saat memberikan sambutannya
“Inilah wajah RT 18 RW 06 Kepuh Selatan — bukan sekadar tempat tinggal, melainkan rumah besar di mana persaudaraan, gotong royong, dan budi pekerti luhur tumbuh subur mengiringi kehidupan masyarakatnya,” pungkasnya.
(sG)